Pengalaman Skydive Dubai - The Palm
Dengan memiliki hobi yang suka 'kesana-kesini', gaji yang mencukupi, cuti yang lumayan, umur yang dikategorikan 'udah bisa nikah' di kalangan orang Indonesia dan fisik yang masih kuat walaupun dengan berat badan yang makin diet makin naik, saya makin terdorong untuk mencoba melakukan hal-hal yang benar-benar saya ingin lakukan khususnya yang sudah ada di dalam bucket list yang telah disusun sejak tahun 2012 kemarin.
Skydive merupakan salah satu hal (gila) yang saya main isi di dalam bucket list kala itu. Namun saya beneran ga nyesel, dengan segala kepolosan yang dimiliki saat itu, saya pada akhirnya bisa bilang ke diri sendiri "Hey Inka! Well done .."
Saat melakukan perencanaan dari membeli tiket pesawat, memesan hotel hingga melakukan pembayaran uang muka untuk Skydiving, saya mah masih hepi-hepi aja sampai yang bawaannya udah ga sabar mau cepat-cepat cuti dan berangkat ke Dubai. Menurut hasil penelitian di google, waktu yang paling tepat untuk melakukan Skydive yaitu pada saat winter dari bulan Oktober ke Maret, yang pada akhirnya saya memutuskan untuk pergi pada bulan Februari.
Seminggu sebelum melakukan aktifitas lompat yang ga biasa itu, saya mulai menyadari bahwa untuk melakukan Skydive ga semudah menulisnya didalam daftar 'bucket list'. Keberanian yang mulai menciut membebani pikiran saya yang semakin hari semakin membuat saya deg-degan. Saat itu yang saya pikirkan 'Gimana kalo parasutnya ga bisa kebuka?', 'Gimana kalo connector antara saya dan si instruktur terlepas dan akhirnya saya harus jatuh kebawah?', 'Gimana kalo berat badan atau BMI saya ga lewat saat pengecekan nanti?' dan bla bla bla bla yang makin dekat, pikiran negatifnya makin banyak.
Proses pembookingan
Harga untuk sekali Skydive udah termasuk intruktur, peralatan, foto dan video yaitu AED 1999 atau sekitar Rp. 7.269.000. Sebenarnya ada dua pilihan lokasi yaitu di Palm atau di Kampus mereka yang terletak di padang gurun. Pilihan kedua memiliki harga yang lebih rendah, yaitu sekitar AED 1699. Saya tentu saja memilih yang di Palm dengan alasan 'Oh mann .. can't you see the view of the Palm?'.
Untuk melakukan pembookingan sangat mudah, cukup masuk di website Skydive Dubai, memilih tanggal, jam, jumlah orang, menyetujui Syarat dan Ketentuan yang sudah disediakan dan membayar uang muka senilai AED 999 atau setara dengan Rp. 3.633.000. Perlu diketahui bahwa uang muka ini ga bisa dibalikin dengan alasan apapun, kecuali karena adanya pembatalan dari pihak Skydive Dubai yang berhubungan dengan faktor cuaca. Ohya, saat itu saya memilih jam 11.30.
Persiapan
Sebenarnya segala informasi sudah disediakan baik di website, halaman pembookingan maupun dalam email konfirmasi yang akan dikirimkan setelah pembayaran uang muka berhasil. Untuk hal-hal penting apa aja yang harus diketahui, silahkan klik di link ini: Informasi Penting Mengenai Skydiving.
Hari - H
Hari yang dinanti-nantikan akhirnya datang juga. Jeng jeng jeng jeng!
Kuatnya degupan jantung yang makin lama makin deg-degan, dikombinasikan dengan suhu udara yang cukup dingin (16°c) plus angin sepoi-sepoi yang menembus hingga ke tulang, adrenalin saya beneran dipompa ke batas maksimum sejak saya membuka mata di pagi hari. Saat itu saya bersama seorang teman menggunakan aplikasi Uber untuk memesan kendaraan menuju ke Skydive Dubai - The Palm. Waktu diturunkan di area parkiran .. wah pemandangannya luar biasa indah!
#Beneran candid! |
Singkat cerita masuklah saya kedalam setelah proses pengambilan beberapa foto narsis yang mungkin hanya sekali seumur hidup. Saat check-in, saya hanya diminta naik keatas timbangan dengan hasil yang katanya 'Good to go!' - Thank God! Setelah itu diminta untuk mengisih beberapa lembar persutujuan yang isinya lumayan ngeri untuk dibayangkan. Saya hanya membaca point-point penting dari setiap paragraf, selebihnya saya lewati aja soalnya kalo dihayati bener-bener, yang ada saya ga bakal tanda tangan lembar persetujuannya. Well, we're talking about life!
Setelah itu, saya diminta untuk menunggu hingga nama saya dipanggil untuk proses pembayaran dan diminta untuk menunggu lagi hingga nama dipanggil untuk persiapan. Kala itu cuaca agak ga bersahabat. Matahari ga kelihatan, berangin, berkabut dan sebagainya. Selama menunggu saya hanya bolak balik di sekitaran area Skydiving, dan untungnya mereka menyediakan restoran yang memiliki makanan berupa Sandwich. Gilak! Saya baru sadar ternyata saya belum makan dari pagi - efek gugup dan efek takut muntah (haha). Hingga pukul 3 PM akhirnya nama saya dipanggil dan dikenalkan dengan instruktur saya (yang cakep - ehh!).
Saya dipakaikan peralatan Skydive berupa tali-tali yang kelihatannya seperti tas, namun sangat berperan penting untuk memastikan saya bakal mendarat dengan posisi normal atau tengkurap alias jatuh. Saya juga diajarkan posisi loncat dan mengambang, kemudian disuruh ingat 3 hal penting: Smile, Relax and Banana! Banana merupakan posisi tengkurap dengan kepala dan kaki diangkat selayaknya model pisang. Setelah itu dilanjutkan dengan proses pengambilan video yang terlalu tiba-tiba dan tanpa ada persiapan atau aba-aba. Bahkan untuk mengatur posisi 'poni'pun sampe ga sempet!
Setelah video berhasil direkam, saatnya menunggu kembali hingga waktu yang ditunggu-tunggu datang. Saat itu saya menunggu sekitar 30 menit kalo ga salah. Selama waktu tersebut saya berusaha berbicara dengan orang-orang yang sudah berhasil loncat, untuk mengurangi kegugupan. Rata-rata yang sudah loncat bilang "ahh santai aja .. ga usah gugup. It was just fun!"- terimakasih unttuk emotional supportnya mbak-mbak!
Waktunya Loncat!
Saat nama saya benar-benar dipanggil, kegugupan mulai berkecamuk di dalam diri saya - apakah ini pertanda cinta? *Salah fokus!*. Instruktur saya benar-benar memastikan bahwa peralatan terpasang dengan semestinya dan aman pastinya. Ini sungguh merupakan pengalaman pertama ketika saya benar-benar mempercayakan hidup saya sepenuhnya kepada orang yang baru saya kenal dalam kurun waktu kurang dari 2 jam!, untung abangnya 'cakep' - eh!. Saat itu saya benar-benar hanya berserah kepada Tuhan sebagai pemilik hidup saya dan si bule yang akan membawa diri saya ke dalam pesawat. Ceileh!
Singkat cerita, saya pergi dibawah sebuah mobil kecil yang biasa digunakan di lapangan Golf, dengan formasi: saya, instruktur dan kameramen pribadi. Sesampainya di landasan pesawat yang berukuran kecil aja, kami dibawah naik dengan proses perekaman dan pengambilan foto kembali (berasa artis!). Pas udah ada di dalam pesawat, tingkat kegugupan semakin meningkat terutama saat tali-tali mulai dikaitkan ke instruktur saya - jadi posisinya nempel gitu. Kalo ga salah, isi pesawat saat itu ada 5 pasangan Skydivers dengan jumlah sebanyak 15 orang. Setelah beberapa menit naik keatas, saya masih tetap deg-degan. Kaca-kaca 'ditutup' dengan sangat baik sehingga saya yang berusaha melihat keluar, berhasil tidak melihat apapun. Mungkin itu merupakan salah satu ide cemerlang mereka untuk menghilangkan kegugupan bagi orang yang takut akan ketinggian.
Beberapa menit berikutnya yang benar-benar tidak saya pedulikan, mulailah satu persatu terlempar kebawah .. whatt??? Jantung saya beneran mau copot tapi yasudahlah .. pikir saya, kalo selamat ya selamat, kalo engga ya udah rencana Tuhan berarti. Giliran saya pun datang. Kami berjalan ke arah pintu pesawat yang sebenarnya saya ga jalan sih .. tapi diangkat karna badan saya udah menempel dengan istruktur dan dia begitu tinggi sehingga kaki saya tak bisa menyentuh tanah. Saat itu lampu tanda loncat udah hijau dan dengan beberapa hitungan yang tidak terdengar dengan jelas .. melayanglah saya di udara. Badan terasa ringan dan .. uhhh bayangin aja masih geli-geli gitu. Angin terasa kenceng banget menerpa setiap organ tubuh saya khususnya wajah, yang ditambah perasaan ngeri campur excited, menghasilkan raut wajah yang .. ahhh sudahlah! Kameramen saya melompat bersama-sama dengan kami (saya dan instruktur) hingga berpisah saat parasut kami dibuka dan bertemu lagi saat mendarat.
Akhirnya! Saya melompat dari ketinggian 13.000 feet atau kurang lebih 4000 meter. Keren kan? Rencana awal saya untuk bergaya dengan berbagai posisi menarik dan kekinian, ditambah dengan wajah yang maunya sok imut depan kamera, sirnah sudah. Mau melebarkan tangan aja susah, tubuh berasa mau jatuh kebawah huft! Tapi yaa lumayanlah, muka ga jelek-jelek amat dalam video.
Waktu parasut dibuka, saya merasakan perasaan yang campur aduk. Agak seneng udah mau mendarat tapi sedih juga udah mau selesai. Instruktur saya membawa saya bermain-main di atas awan dan memposisikan tubuh saya pada keadaan dimana saya terasa perlahan-lahan menjatuhkan diri ke laut. Sedikit ngeri tapi lebih ke 'ahhh mau lagiii!!!'. Saat itu walaupun matahari tidak mengeluarkan sinarnya, saya benar-benar bisa melihat dengan jelas pemandangan The Palm-nya Dubai yang selama ini hanya bisa saya lihat di youtube. Beneran pengen nangis! Saya benar-benar sangat bersyukur saat itu, bersyukur karena telah diberikan kemampuan dari segi fisik, mental dan finansial sehingga bisa berada di sana dan melakukan aktifitas yang ga semua orang bisa. How blessed I am! Selanjutnya saya mendarat dengan posisi yang telah diajarkan dan semuanya berjalan dengan mulus walaupun tampang di video agak-agak uhm ..
Ini benar -benar pengalaman yang .. ahh! Kalian beneran harus coba! You only live once! Lakukan hal-hal yang berguna dan kejarlah apa yang menjadi mimpi dan cita-cita kalian, apalagi kalo salah satunya Skydiving.
Saat saya ditanya, apakah masih ingin melakukan Skydive lagi? Jawaban saya 'Tentu saja!'. Saya benar-benar serius dengan jawaban tersebut. Serius. Saat ini saya merencanakan untuk melakukan Skydive kedua saya di New Zealand yang tadinya itu hanyalah salah satu dari 2 pilihan tempat yang ada di list untuk Skydiving. Pemandangan yang hijau dan udara yang sejuk ditambah dengan raut wajah yang mestinya (harus) cakep kali ini, membuat saya ga sabar untuk cepat-cepat merencanakan perjalanan kesana meski masih belum tahu kapan.
Akhir kata .. semoga tulisan saya berguna buat kalian yang berencana melakukan Skydive. Go for it, guys! Sayonara!
Buat yang masih ada waktu, bisa nonton video di bawah ini: