Masuk Korea Selatan Tanpa Visa? Bisa dong!
Tadinya .. tidak pernah sedikitpun terbesit dipikiran saya untuk mengunjungi Korsel, karena menurut saya tidak ada sesuatu yang menarik yang bisa dilakukan disana (kebetulan saya bukan pecinta K-pop uhuk.). Ceritanya dimulai pada bulan Desember kemarin, ketika saya mulai merencanakan ingin mengunjungi negara Jepang, khususnya kota Tokyo. Saya ingin sekali melihat Sakura yang akan bermekaran pada bulan April karena selain sudah ada didalam Bucket List, foto-foto teman-teman yang di upload di Facebook pun cukup membuat saya iri dan membuat saya semakin berniat untuk mengunjungi kota itu.
Selain sudah tidak memerlukan visa untuk masuk ke negara tersebut, tiket dari kota tempat saya tinggalpun harganya lumayan bersahabat. Tapi sialnya, untuk masuk tanpa visa itu hanya berlaku bagi warga negara Indonesia yang memegang paspor elektronik, dan saat ini saya masih memegang paspor biasa. Arrghhh jadi harus bikin visa dong!
Mulailah saya mengumpulkan informasi mengenai cara membuat visa Jepang di Manila sejak Januari 2016. Persyaratannya sih cukup mudah, dan untuk di Manila visa itu hanya bisa dibuat melalui agen yang tercatat dan tidak boleh langsung ke kedutaannya. Setelah berhasil mengumpulkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan, membayar biaya visa senilai P2100 dan menunggu selama 3 hari, akhirnya tadaaaa visa Jepang tertempel di passpor saya.
Setelah memiliki visa saya mulai mencari tiket dan merencanakan perjalanan saya. Mungkin karena udah terlalu mepet dan tanggal keberangkatan saya pas high season jadi ko tiba-tiba harga tiketnya jadi melambung tinggi! Bayangkan biasanya harga tiket PP ke Tokyo hanya P 6000 atau setara dengan 1,7jutaan dan sekarang tiba-tiba udah P22,000 yang artinya udah naik 3 stengah kali lipat. Aish! Mau ngebatalin pun udah nanggung, Akhirnya saya sejak saat itu tiap hari terus-terusan mengecek harga tiket (pantang menyerah) yang kali aja mungkin turun kan. Hahaa ngarep. Akhirnya setelah kerja keras mencari-cari, saya mendapat tiket murah dengan transit di Seoul, Korea menggunakan Jeju Air. Waktu itu belum dibeli sih, soalnya saya mikir masa ko transitnya hampir 1 hari. Kan sayanya nanti kebuang 1 hari. Jadi sayapun kepikiran untuk membuat visa Korea, supaya nantinya sambil nunggu mungkin bisa jalan-jalan keluar bandara.
Terimakasih kepada om google, yang akhirnya setelah baca-membaca saya mendapatkan informasi kalo Korea Selatan ada program yang namanya "Transit tourists bound for another country" dimana program ini berlaku untuk semua pemegang paspor negara yang tidak diberikan bebas visa untuk masuk ke Korsel, kecuali ada beberapa negara yang tercatat tidak bisa masuk dengan program ini. Oh senangnya, Indonesia tentu masuk dong! Jadi aturannya, ini program khusus untuk warga negara termasuk Indonesia yang memiliki visa sah dan ingin mengunjungi salah satu dari 5 negara yaitu U.S. (termasuk Guam), Jepang, Kanada, Australia atau New Zealand. Jadi seperti kasus saya kemarin yang ingin mengunjungi Jepang namun saya ingin transit dulu ke Korsel, nah ini diperbolehkan. Yang penting disini, kita harus memiliki tiket untuk berangkat ke salah satu dari 5 negara tersebut dalam waktu 30 hari atau tiket ke negara tujuan lain dalam waktu 30 hari setelah mengunjungi salah satu dari 5 negara tersebut. Untuk keterangan lebih lengkapnya bisa diklik disini.
Setelah membaca info-info tersebut saya jadi bersemangat pastinya. Siapa coba yang ga mau masuk Korsel tanpa visa. Namun tetap aja masih ada rasa-rasa ga percaya yang akhirnya memaksa saya untuk mencari-cari blog orang Indonesia yang memang sudah pernah menggunakan program tersebut, dan voila ternyata info tersebut memang terbukti 100% benar. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli tiket berbeda yaitu tiket PP Manila-Seoul menggunakan Cebu Pacific Airlines dengan biaya P7132 dan PP Seoul-Tokyo P8000. Eh ko tiketnya ribet gitu? Iya, soalnya rata-rata harga tiket sudah diatas P20,000 atau menggunakan Jeju Air dengan harga sama yang transitnya cuma 1 hari dan berlaku untuk penerbangan PP. Lah kan sama aja. Dikasih 30 hari ko masuknya cuma 1 hari. Ga mau rugi.
Rute perjalanan saya: Manila - Seoul (4 hari) - Tokyo (3 hari) - Seoul (1 hari) - Manila.
Iya emang, perjalanan yang cukup ehmm panjang, ribet dan menegangkan. Ko menegangkan? Iya menegangkan, habisnya setelah berhasil membeli tiket saya baca-baca ternyata orang-orang yang menggunakan program tersebut rata-rata hanya 1 kali masuk ke Korsel-nya. Jadi ga ada yang kayak saya sampe 2 kali gitu (emang saya agak-agak ga tau diri sih). Udah berhari-hari mungkin sampe 1 minggu saya tiap pulang kerja selalu membaca blog-blog orang dan memang ga ada yang masuk Korsel 2 kali dalam satu perjalanan! buset! Dan setelah saya sadar, ternyata itu udah tinggal kurang dari 3 minggu sebelum keberangkatan, yang kerennya, selama 2 minggu paspor saya ditahan kedutaan Russia untuk pemrosesan visa dan dengan kata lain saya hanya memiliki 1 minggu untuk membuat visa Korsel.
Masih dalam suasana cemas, akhirnya saya memutuskan untuk menghubungi kedutaan Korsel di Indonesia. Mungkin cara ini memang sangat-sangat salah! Saya malah dibuat makin takut ama petugas kedutaan Korsel di Jakarta ini, yang dari logatnya asli orang Indonesia. Katanya saya bisa masuk tanpa visa kalo saya:
- Memiliki visa yang ditempel di paspor (Jadi maksudnya untuk yang menggunakan bebas visa itu tidak bisa) dan untuk ini saya berarti sudah tidak memenuhi syarat.
- Menggunakan tiket yang sama, jadi artinya dari Manila ke Seoul dan Seoul ke Tokyo itu harus menggunakan tiket 1 airline. Apaaaa?? Jadi saya harus ada visa dong? Jawabannya "Benar". Ahss! Saya waktu itu hanya bisa menarik napas panjang.
Mulailah saya dengan deg-degan mencari info sana-sini untuk proses pembuatan visa. Oh iya untuk visa Korsel ini agak ngeri juga, kemarin pas saya ke bank minta sertifikat rekening eh ada 1 informasi tambahan yang ga biasanya saya lihat di sertifikat-sertifikat yang saya dapatkan sebelumnya. Saya tanya ke petugas banknya, ko ini ada ginian ya, eh dia jawabnya cuma oh gitu mbak kalo visa Korsel harus ada jumlah dana rata-rata per tahun. Eh ngeri skali bang! Kan kalo saya cuma naro uang gelap doang ketahuan dong. Untung kemarin saya kebetulan punya tabungan yang emang ga sebrapa tapi masih cukup untuk membuktikan bahwa saya mampu membiayai liburan saya.
Nah akhirnya setelah semua dokumen terkumpul, dan paspor sudah ditangan yang saat itu tinggal 1 minggu beneran ga pake boong, akhirnya saya pun pergi ke Embassy South Korea di Manila. Selama perjalanan saya terus berpikir, ahhh 5 hari kan pas dengan prosesnya. Sebenarnya ada dua proses yaitu frequent traveler yang sudah pernah mengunjungi OECD countries yang hanya diproses 3 hari atau traveler yang belum begitu mampu seperti saya yang hanya punya visanya doang tapi belum pernah kesana, yang akan diproses dalam waktu 5 hari. Sesampai disana, antri sana sini, bayar sana sini, akhirnya saya mendapatkan secarik kertas mengenai informasi pengambilan visa. Saya pun dengan pedenya keluar dari embassy seakan-akan semuanya telah berjalan dengan lancar.
Sambil menunggu taxi, saya iseng-iseng membaca kertasnya, dan apaaaaa??? Disitu tertulis pengambilan visa tanggal 28 Maret dan penerbangan saya tanggal 26! Jantung saya berdetak dengan sangat cepat. Eh ko gini? Omg! Akhirnya saya balik lagi kedalam embassy untuk mengklarifikasi info tersebut. Ternyata dalam 1 minggu itu ada 2 hari public holiday di Philippines sehingga prosesnya ketambahan 2 hari karna hanya diproses pada hari kerja saja. Saat itu saya rasanya mau nangis, membanting-banting kepala dannnn setelah di marahin dari pihak kedutaan, akhirnya saya berhasil menarik aplikasi saya lengkap dengan biaya visanya yaitu P1800.
Sambil menunggu taxi, saya iseng-iseng membaca kertasnya, dan apaaaaa??? Disitu tertulis pengambilan visa tanggal 28 Maret dan penerbangan saya tanggal 26! Jantung saya berdetak dengan sangat cepat. Eh ko gini? Omg! Akhirnya saya balik lagi kedalam embassy untuk mengklarifikasi info tersebut. Ternyata dalam 1 minggu itu ada 2 hari public holiday di Philippines sehingga prosesnya ketambahan 2 hari karna hanya diproses pada hari kerja saja. Saat itu saya rasanya mau nangis, membanting-banting kepala dannnn setelah di marahin dari pihak kedutaan, akhirnya saya berhasil menarik aplikasi saya lengkap dengan biaya visanya yaitu P1800.
Deg-degan ini masih terus berlanjut hingga diantrian check-in tanggal 26 Maret kemarin. Airline yang saya gunakan pada waktu itu menanyakan visa saya, terus saya jelaskan soal program diatas. Saya membawa print dari tiket dan informasi dari situs pemerintah Korsel diatas. Eh ga mempan cuy! Mereka tetap mengecek ini itu, soalnya kalo saya nanti dideportasi katanya mereka yang harus urus ini itu. Jadi setelah mem-blocked antrian sekitar 15 menit, tampaknya mereka telah mendapatkan konfirmasi mengenai kasus saya dan akhirnya mereka menginjinkan saya untuk pergi. Huhft! lega.
Pas landing di Seoul, deg-degan saya pun dimulai lagi. Saat itu pukul 1 pagi dan antrian sangat panjang. Kalo saya ga dimasukin nanti gimana? Tidur dimana? Dideportasi? Arrgghhh pikiran saya terus berputar-putar hingga giliran saya menuju ke loket imigrasi. Saat itu petugasnya bapak-bapak yang kalo dilihat usianya sudah sekitar 50an. Dia mengambil foto dan fingerprint saya kemudian membolak-balik paspor saya. "Visa? Where's your visa?" dug dag dug dag jantung saya mulai berdegup sangat kencang. Namun wajah saya seakan-akan sangat pede dan dengan lancarnya saya menjawab "Transit, before go to Japan sir". Setelah itu suasana menjadi sunyi dan tenang, dia hanya menatap saya dan akhirnya berpaling ke komputer didepannya sambil (mungkin) mencari informasi mengenai hal ini. Aish padahal kan kemarin saya baca beberapa blog orang Indonesia, katanya prosesnya cepat karena petugas-petugasnya udah ngerti dengan aturan ini. Lah ko ini lamaaa. Selang 1 menit dia mengklik sana sini komputernya, akhirnya datang 1 oppa-oppa muda yang uhuk lumayan uhuk. Kemudian si bapak mungkin menanyakan ke orang ini mengenai case saya yang masih digantung ini, dan seketika (mungkin) dia menjawab oh bisaaaa, dan plok cap masuk pun di tempelkan ke paspor saya dengan keterangan transit. Pas keluar dari Seoul pun masih lancar-lancar aja. Leganya!
Pas landing di Seoul, deg-degan saya pun dimulai lagi. Saat itu pukul 1 pagi dan antrian sangat panjang. Kalo saya ga dimasukin nanti gimana? Tidur dimana? Dideportasi? Arrgghhh pikiran saya terus berputar-putar hingga giliran saya menuju ke loket imigrasi. Saat itu petugasnya bapak-bapak yang kalo dilihat usianya sudah sekitar 50an. Dia mengambil foto dan fingerprint saya kemudian membolak-balik paspor saya. "Visa? Where's your visa?" dug dag dug dag jantung saya mulai berdegup sangat kencang. Namun wajah saya seakan-akan sangat pede dan dengan lancarnya saya menjawab "Transit, before go to Japan sir". Setelah itu suasana menjadi sunyi dan tenang, dia hanya menatap saya dan akhirnya berpaling ke komputer didepannya sambil (mungkin) mencari informasi mengenai hal ini. Aish padahal kan kemarin saya baca beberapa blog orang Indonesia, katanya prosesnya cepat karena petugas-petugasnya udah ngerti dengan aturan ini. Lah ko ini lamaaa. Selang 1 menit dia mengklik sana sini komputernya, akhirnya datang 1 oppa-oppa muda yang uhuk lumayan uhuk. Kemudian si bapak mungkin menanyakan ke orang ini mengenai case saya yang masih digantung ini, dan seketika (mungkin) dia menjawab oh bisaaaa, dan plok cap masuk pun di tempelkan ke paspor saya dengan keterangan transit. Pas keluar dari Seoul pun masih lancar-lancar aja. Leganya!
Nah ketika balik dari Tokyo, saya kan masih ada 1 hari tuh. Ga mau rugi dong. Spa-nya pun ada diluar imigrasi bandara, jadi saya mau mengetes keberuntungan saya lagi dengan masuk ke Seoul tanpa visa. Kali ini udah ga pake deg-degan dong. Ketika melangkah ke loket imigrasi, saya melakukan hal yang sama lagi yaitu mengambil foto dan fingerprint kemudian petugasnya ga pake cek-cek langsung minta tiket (karna saya kali ini tulis di arrival card untuk transit) jadi pas nunjukin tiket, clingggg cap lagi di paspor. Hingga keluar kedua kalipun masih lancar-lancar ga ada masalah.
Tapi ini pengalaman saya hanya untuk pemegang paspor Indonesia dengan visa Jepang, saya kurang tau kalo untuk yang mau pergi ke Jepang tanpa Visa.
Semoga tulisan ini bisa membantu yang lagi rencana ke Korsel. Sayonara!
Semoga tulisan ini bisa membantu yang lagi rencana ke Korsel. Sayonara!
*Update Juli 2017: Program ini udah ga berlaku lagi untuk kalian yang ingin mengunjungi Jepang alias Jepang udah di hapus dari daftar program ini, tapi negara yang lain masih bisa ko! Sayonara!
4 komentar
Write komentarYour lucky day
ReplyYour lucky day
ReplyYour lucky day
ReplyHari keberuntungan mu kak 😊
Reply