Pengalaman Liburan ke Beijing

10:52:00 PM 4 Comments A+ a-





Untuk ke Beijing sebenarnya tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Kemarin saya hanya menghabiskan sekitar kurang lebih 6.500.000 rupiah untuk 6 hari di Beijing. Untuk rinciannya yaitu:

Pengeluaran
Biaya
Mata Uang Asing
Mata Uang Rupiah
Tiket Pesawat PP Manila-Beijing
PHP 8,000
Rp. 2,332,000
Penginapan di hostel (6 hari)
USD 64.76
Rp. 904,900
Tour ke Tembok Besar Cina
RMB 380
Rp. 821,000
Makan, tiket atraksi, dll.
RMB 1,120
Rp. 2,422,000
Total
Rp. 6,479,900

Mungkin sebagian teman-teman merasa kalau biaya yang saya berikan diatas cukup mahal. Tapi ga perlu khawatir itu biayanya udah termasuk makan di restaurant dan biaya belanja-belanja makanan untuk oleh-oleh. Jadi jika kalian ingin mengunjungi Beijing dengan biaya yang lebih rendah pasti bisa. Saya rasa dengan biaya 3 juta pun masih bisa, namun kalian harus siap untuk tidak makan di restaurant, berpetualang ke tembok besar tanpa menggunakan tour (Jadi siap-siap nyasar juga ya), tidak menyaksikan Acrobat dan siap siaga mengecek tiket pesawat promo.

Kebetulan saya dan teman-teman saya adalah Food Hunter, jadi salah satu tujuan kami Travelling adalah untuk mencicipi makanan2 terkenal yang kata Trip Advisor harus di coba. Mungkin dari hobby kami tersebut yang membuat biaya setiap perjalanan lebih tinggi dibandingkan orang yang memang notabene hanya ingin travelling tanpa harus mencicipi makanan- makanan yang disarankan.

Oke mari kita bahas mulai dari tiket. Waktu itu saya menggunakan pesawat Cebu Pacific Air, pesawat yang terkenal di Filipina dengan promo-promo yang diberikan. Karena saat ini saya tinggal di Manila, jadi  saya berangkatnya dari Manila (Ya iyalahh .. ). Sebenarnya harga tiket tersebut masih tergolong kelas menengah, karena 2 bulan setelah saya membeli tiket tersebut saya coba-coba browsing lagi harga tiket dan oalahhhhhhhhhh tiketnya turun jadi 5,500 peso kalo ga salah. Hati saya langsung sakit berasa seperti di tusuk-tusuk sama paku payung haha. Itulah karna saking hebonya dan takut tiket bakal naik lagi ke harga normal, jadi saya langsung beli 5 bulan sebelum keberangkatan. Lucu sekalii! Tips untuk teman-teman yang udah membeli tiket pesawat, jangan pernah mencoba-coba untuk mengecek tiket yang sama dihari setelah Anda membeli tiket. Sakitnya ga nahan kalo tiketnya lebih murah!

Untuk penginapan, saya dan 2 teman syaa memilih untuk tinggal di Hostel, karna harga hotel disana cukup tinggi untuk yang reviewnya bagus. Ada juga sih yang murah tapi reviewnya ga begitu bagus. Oh iya, setiap saya ingin mengunjungi suatu tempat saya selalu menyempatkan diri untuk mengecek review-review dari penginapan sebelum booking. Kenapa? Karna itu sangat membantu saya dalam memilih penginapan yang ingin saya tempati agar tidak ada masalah ketika tiba disana. Kemarin saya menginap di  Lucky Family Hostel. Hostelnya standard, harganya cukup murah, pelayanannya lumayan bagus soalnya staffnya bisa berbahasa inggris tapi yang terpenting lokasinya itu dikawasan perumahan warga Beijing jadi ketika menginap disitu rasanya seperti benar-benar tinggal di pemukiman warga sekitar. Mungkin hal itu yang membuat review hostel ini lumayan oke. Selain itu saya juga sebenarnya di saranin teman untuk menginap disitu soalnya aksesnya kemana-mana lumayan dekat khususnya ke Subway station. Disitu juga disediakan heater, kebetulan kami kemarin pergi kesana pas winter jadi suhu diluar hingga -8 derajat celcius.

Dan tadaaaa! Hari H nya pun tiba yey. Waktu itu jam penerbangan saya pukul 18.40 21 November 2015 menggunakan Cebu Pacific Air, jadi karna Manila macetnya kurang lebih sama dengan Jakarta maka saya dan teman-teman saya berangkat dari rumah 3 jam sebelum jadwal tersebut. Sampai di airport, kami check in, makan, melewati imigrasi dan akhirnya duduk manis didalam pesawat. Waktu terbangnya kurang lebih 5 jam, jadi kami akan mendarat pukul 11.40. Oh iya Manila sama Beijing waktunya sama GMT +8, jadi ga ada sok jet lag haha. Waktu dalam perjalanan ke Beijing, bukan main turbulence yang kami rasakan. Gedublak gedubluk pesawat terguncang-guncang serasa sebentar lagi hidup saya akan berakhir. Mungkin karna itu udah mendekati Beijing dan lagi badai salju. Oh iya tadinya juga kami ga mengira kalau pada saat itu akan turun salju soalnya kata teman-teman yang tinggal disana plus google-google sana sini katanya salju biasanya turun bulan desember sampai februari. Tetapi Tuhan memang begitu baik, saya masuh diijinkan melihat salju dan bahkan mungkin hampir beku disana. Jadi setelah melewati perjalanan di udara yang sangat ekstrim, serasa melewati jalan berbatu-batu akhirnyaa kami mendarat di bandara International Beijing. 

Hati senangnya bukan main ketika melihat gumpalan-gumpalan es (Ga begitu banyak sih soalnya saat itu lagi ga bersalju. Mungkin hanya sisa-sisa dari hari-hari sebelumnya) yang ada di runway pesawat. Seakan-akan pas turun dari pesawat saya ingin berlama-lama diluar untuk menikmati keindahana es-es yang ada. 

Oke seat belt off, waktunya keluar pesawat yey! Sayang sekali pas keluar dari pesawat, padahal ngga beneran ada diluar masih didalam ruangan di bandara badan saya tiba-tiba langsung shock karena udara yang sangat teramat dingin. Bayangkan saya yang dari lokasi dengan suhu ga pernah dibawah 20 derajat saat ini harus terbiasa dengan suhu 1 derajat kebawah. Waktu itu pengen nangis, menggigil dan rasanya pengen balik ke pesawat untuk kembali ke Manila. Dinginnya luar biasa 3x dari dingin ruang kantor saya. Tapi ya apa boleh buat, sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur, saya mah bisa apa atuh. Akhirnya sebelum melewati imigrasi, kebetulan teman-teman saya sedang ke toilet saya dengan lincahnya cepat-cepat menggunakan peralatan perang seperti kaos kaki, jaket, sepatu boots, sarung tangan , syal dan topi. Padahal tadinya sok gaya hanya pake sweater doang karna pikir saya “Pasti dinginnya ga segitu dingin ..”. Betapa soknya diri saya waktu masih di Manila. Ingin rasanya menjilat kembali kata-kata yang telah saya keluarkan haha

Setelah melewati Imigrasi, ambil bagasi dan sekarang mari kita cari taxi. Waktu itu sudah larut malam, kami ada nomor yang dipinjamkan teman tapi sayangnya disekitar terminal kedatangan ga ada convenience store buat beli pulsa. Sedih .. Terpaksa kami memberanikan diri untuk langsung menyewa taxi dengan menunjukan alamat yang menggunakan bahasa mandarin yang sebelumnya diberikan oleh pihak hostel. Singkat cerita setelah berputar-putar di kawasan Hutong, si supir taxipun yang tidak bisa berbahasa inggris sama sekali mengatakan beberapa kalimat yang tidak ada satupun dari kami yang mengerti,rela menurunkan kami ditengah jalan karna saking susahnya lokasi hostel tujuan kami. 

Penderitaan kedua pun dimulai. Pengen nangis rasanya saat sekitar jam 1 malam saya dan kedua teman perempuan saya tidak tahu harus bagaimana. Kami berputar-putar terlebih dahulu untuk mencari lokasi hostel tersebut tapi setelah 20 menit hasilnya nihil. Berjalan tengah malam di tengah udara yang dingin dengan barang bawaan dan melewati pemukiman warga Cina, saya jadi teringat dengan film masa kecil Vampir yang ditayangkan setiap siang setelah saya pulang sekolah. Serasa vampir-vampirnya bakal keluar dari dalam rumah dan akan mengejar kami yang pada saat itu tidak ada kertas jimat yang harus ditempelkan ke dahinya (Halahhhh! Apasih haha. Efek kebanyakan nonton film waktu kecil).

Setelah berjalan mengitari udara yang sangat dingin, jalanan yang sunyi dan gelap, akhirnya kami menemukan 1 toko yang orang-orangnya masih beraktifitas. Teman saya memberanikan diri untuk bertanya dan Puji Tuhan ibunya ngerti dan menunjukan arah ke hostel tersebut. Dengan senang hati kami langsung mengucapkan terimakasih dan bergegas menuju kea rah yang diberikan. Eh penderitaan belum berakhir teman-teman .. Setelah menuju ke jalan yang diarahkan, sudah hampir sekitar 100 meter berjalan kami tidak bisa menemukan hostelnya. Miris sekali. Pupus. Entah harus bagaimana. Dijalan tidak ada orang yang bisa kami tanyai, hingga datang 1 malaikat (haha apasih) cowok, tampangnya lumayan ganteng (Salah fokus), tinggi, dan yang terpenting bahasa inggrisnya bagus teman-teman yey! Dengan semangat 45nya dia mengantarkan kami ke penginapan kami yang ternyata arahnya sudah benar seperti yang kami tuju sebelumnya namun memang agak jauh sekitar 200 meter. Padahal saya sempat berpikiran dia akan membawa kita ke suatu tempat yang nanti kita akan disekap dan dipotong-potong (Masih efek film). Finally tiba di hostel, dan si cowok itu kembali ke rumahnya yang telah kita lewati sebelumnya. Rasanya pengen nangis pas tiba didalam hostel yang udah ada heaternya dan orang-orang didalam bisa berbahasa inggris.


Jadi itu merupakan cerita saya saat ke Beijing. Untuk selanjutnya nanti nyusul yaa. Maunya sekalian disini tapi kepanjangan, berasa tulis skripsi haha. Sayonara!


4 komentar

Write komentar
January 14, 2017 at 1:31 AM delete

saya mah boro" ke beijing. keliling indonesi aja belum tentu kesampean haha.
keren mbak artikelnya. sukses ya
kalo misalnya butuh info tmpt bisa liat diInfo Travelling aja , siapa tau membantu

Reply
avatar
July 12, 2017 at 12:14 AM delete

Makasih Thio.
Hehe sama, aku juga belum sempat keliling Indonesia nih. Sukses ya

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
November 19, 2017 at 1:10 PM delete

Mbak inka tolong dong ceritanya diterusin lagi... Kebetulan saya juga akan ke beijing awal januari 2018. Seru banget baca ceritanya... Siapa tau akan memberikan sedikit pengalaman saya selama disana. Secara saya juga pergi kesana tanpa tour dan modal nekat aja. Wkwkwkwk

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
November 19, 2017 at 1:12 PM delete

Mbak inka tolong dong ceritanya diterusin lagi... Kebetulan saya juga akan ke beijing awal januari 2018. Seru banget baca ceritanya... Siapa tau akan memberikan sedikit pengalaman saya selama disana. Secara saya juga pergi kesana tanpa tour dan modal nekat aja. Wkwkwkwk

Reply
avatar