Pengalaman Liburan ke Beijing
Untuk ke Beijing sebenarnya tidak perlu mengeluarkan banyak biaya. Kemarin saya hanya menghabiskan sekitar kurang lebih 6.500.000 rupiah untuk 6 hari di Beijing. Untuk rinciannya yaitu:
Pengeluaran
|
Biaya
|
|
Mata Uang Asing
|
Mata Uang Rupiah
|
|
Tiket Pesawat PP Manila-Beijing
|
PHP 8,000
|
Rp. 2,332,000
|
Penginapan di hostel (6 hari)
|
USD 64.76
|
Rp. 904,900
|
Tour ke Tembok Besar Cina
|
RMB 380
|
Rp. 821,000
|
Makan, tiket atraksi, dll.
|
RMB 1,120
|
Rp. 2,422,000
|
Total
|
Rp. 6,479,900
|
Mungkin sebagian teman-teman merasa kalau
biaya yang saya berikan diatas cukup mahal. Tapi ga perlu khawatir itu biayanya
udah termasuk makan di restaurant dan biaya belanja-belanja makanan untuk
oleh-oleh. Jadi jika kalian ingin mengunjungi Beijing dengan biaya yang lebih
rendah pasti bisa. Saya rasa dengan biaya 3 juta pun masih bisa, namun kalian
harus siap untuk tidak makan di restaurant, berpetualang ke tembok besar tanpa
menggunakan tour (Jadi siap-siap nyasar juga ya), tidak menyaksikan Acrobat dan
siap siaga mengecek tiket pesawat promo.
Kebetulan saya dan teman-teman saya adalah
Food Hunter, jadi salah satu tujuan kami Travelling adalah untuk mencicipi
makanan2 terkenal yang kata Trip Advisor harus di coba. Mungkin dari hobby kami
tersebut yang membuat biaya setiap perjalanan lebih tinggi dibandingkan orang
yang memang notabene hanya ingin travelling tanpa harus mencicipi makanan-
makanan yang disarankan.
Oke mari kita bahas mulai dari tiket. Waktu
itu saya menggunakan pesawat Cebu Pacific Air, pesawat yang terkenal di
Filipina dengan promo-promo yang diberikan. Karena saat ini saya tinggal di
Manila, jadi saya berangkatnya dari
Manila (Ya iyalahh .. ). Sebenarnya harga tiket tersebut masih tergolong kelas menengah,
karena 2 bulan setelah saya membeli tiket tersebut saya coba-coba browsing lagi
harga tiket dan oalahhhhhhhhhh tiketnya turun jadi 5,500 peso kalo ga salah.
Hati saya langsung sakit berasa seperti di tusuk-tusuk sama paku payung haha.
Itulah karna saking hebonya dan takut tiket bakal naik lagi ke harga normal,
jadi saya langsung beli 5 bulan sebelum keberangkatan. Lucu sekalii! Tips untuk
teman-teman yang udah membeli tiket pesawat, jangan pernah mencoba-coba untuk
mengecek tiket yang sama dihari setelah Anda membeli tiket. Sakitnya ga nahan
kalo tiketnya lebih murah!
Untuk penginapan, saya dan 2 teman syaa memilih
untuk tinggal di Hostel, karna harga hotel disana cukup tinggi untuk yang
reviewnya bagus. Ada juga sih yang murah tapi reviewnya ga begitu bagus. Oh
iya, setiap saya ingin mengunjungi suatu tempat saya selalu menyempatkan diri
untuk mengecek review-review dari penginapan sebelum booking. Kenapa? Karna itu
sangat membantu saya dalam memilih penginapan yang ingin saya tempati agar
tidak ada masalah ketika tiba disana. Kemarin saya menginap di Lucky Family Hostel. Hostelnya standard,
harganya cukup murah, pelayanannya lumayan bagus soalnya staffnya bisa
berbahasa inggris tapi yang terpenting lokasinya itu dikawasan perumahan warga
Beijing jadi ketika menginap disitu rasanya seperti benar-benar tinggal di
pemukiman warga sekitar. Mungkin hal itu yang membuat review hostel ini lumayan
oke. Selain itu saya juga sebenarnya di saranin teman untuk menginap disitu
soalnya aksesnya kemana-mana lumayan dekat khususnya ke Subway station. Disitu
juga disediakan heater, kebetulan kami kemarin pergi kesana pas winter jadi
suhu diluar hingga -8 derajat celcius.
Dan tadaaaa! Hari H nya pun tiba yey. Waktu
itu jam penerbangan saya pukul 18.40 21 November 2015 menggunakan Cebu Pacific
Air, jadi karna Manila macetnya kurang lebih sama dengan Jakarta maka saya dan
teman-teman saya berangkat dari rumah 3 jam sebelum jadwal tersebut. Sampai di
airport, kami check in, makan, melewati imigrasi dan akhirnya duduk manis
didalam pesawat. Waktu terbangnya kurang lebih 5 jam, jadi kami akan mendarat
pukul 11.40. Oh iya Manila sama Beijing waktunya sama GMT +8, jadi ga ada sok
jet lag haha. Waktu dalam perjalanan ke Beijing, bukan main turbulence yang
kami rasakan. Gedublak gedubluk pesawat terguncang-guncang serasa sebentar lagi
hidup saya akan berakhir. Mungkin karna itu udah mendekati Beijing dan lagi badai
salju. Oh iya tadinya juga kami ga mengira kalau pada saat itu akan turun salju
soalnya kata teman-teman yang tinggal disana plus google-google sana sini
katanya salju biasanya turun bulan desember sampai februari. Tetapi Tuhan
memang begitu baik, saya masuh diijinkan melihat salju dan bahkan mungkin
hampir beku disana. Jadi setelah melewati perjalanan di udara yang sangat
ekstrim, serasa melewati jalan berbatu-batu akhirnyaa kami mendarat di bandara
International Beijing.
Hati senangnya bukan main ketika melihat gumpalan-gumpalan es (Ga begitu banyak sih soalnya saat itu lagi ga bersalju. Mungkin hanya sisa-sisa dari hari-hari sebelumnya) yang ada di runway pesawat. Seakan-akan pas turun dari pesawat saya ingin berlama-lama diluar untuk menikmati keindahana es-es yang ada.
Hati senangnya bukan main ketika melihat gumpalan-gumpalan es (Ga begitu banyak sih soalnya saat itu lagi ga bersalju. Mungkin hanya sisa-sisa dari hari-hari sebelumnya) yang ada di runway pesawat. Seakan-akan pas turun dari pesawat saya ingin berlama-lama diluar untuk menikmati keindahana es-es yang ada.
Oke seat belt off, waktunya keluar pesawat yey!
Sayang sekali pas keluar dari pesawat, padahal ngga beneran ada diluar masih
didalam ruangan di bandara badan saya tiba-tiba langsung shock karena udara
yang sangat teramat dingin. Bayangkan saya yang dari lokasi dengan suhu ga
pernah dibawah 20 derajat saat ini harus terbiasa dengan suhu 1 derajat
kebawah. Waktu itu pengen nangis, menggigil dan rasanya pengen balik ke pesawat
untuk kembali ke Manila. Dinginnya luar biasa 3x dari dingin ruang kantor saya. Tapi ya apa boleh buat, sudah terlanjur, nasi sudah menjadi bubur,
saya mah bisa apa atuh. Akhirnya sebelum melewati imigrasi, kebetulan
teman-teman saya sedang ke toilet saya dengan lincahnya cepat-cepat menggunakan
peralatan perang seperti kaos kaki, jaket, sepatu boots, sarung tangan , syal
dan topi. Padahal tadinya sok gaya hanya pake sweater doang karna pikir saya
“Pasti dinginnya ga segitu dingin ..”. Betapa soknya diri saya waktu masih di
Manila. Ingin rasanya menjilat kembali kata-kata yang telah saya keluarkan haha
Setelah melewati Imigrasi, ambil bagasi dan
sekarang mari kita cari taxi. Waktu itu sudah larut malam, kami ada nomor yang
dipinjamkan teman tapi sayangnya disekitar terminal kedatangan ga ada
convenience store buat beli pulsa. Sedih .. Terpaksa kami memberanikan diri
untuk langsung menyewa taxi dengan menunjukan alamat yang menggunakan bahasa
mandarin yang sebelumnya diberikan oleh pihak hostel. Singkat cerita setelah
berputar-putar di kawasan Hutong, si supir taxipun yang tidak bisa berbahasa
inggris sama sekali mengatakan beberapa kalimat yang tidak ada satupun dari
kami yang mengerti,rela menurunkan kami ditengah jalan karna saking susahnya
lokasi hostel tujuan kami.
Penderitaan kedua pun dimulai. Pengen nangis rasanya saat sekitar jam 1 malam saya dan kedua teman perempuan saya tidak tahu harus bagaimana. Kami berputar-putar terlebih dahulu untuk mencari lokasi hostel tersebut tapi setelah 20 menit hasilnya nihil. Berjalan tengah malam di tengah udara yang dingin dengan barang bawaan dan melewati pemukiman warga Cina, saya jadi teringat dengan film masa kecil Vampir yang ditayangkan setiap siang setelah saya pulang sekolah. Serasa vampir-vampirnya bakal keluar dari dalam rumah dan akan mengejar kami yang pada saat itu tidak ada kertas jimat yang harus ditempelkan ke dahinya (Halahhhh! Apasih haha. Efek kebanyakan nonton film waktu kecil).
Penderitaan kedua pun dimulai. Pengen nangis rasanya saat sekitar jam 1 malam saya dan kedua teman perempuan saya tidak tahu harus bagaimana. Kami berputar-putar terlebih dahulu untuk mencari lokasi hostel tersebut tapi setelah 20 menit hasilnya nihil. Berjalan tengah malam di tengah udara yang dingin dengan barang bawaan dan melewati pemukiman warga Cina, saya jadi teringat dengan film masa kecil Vampir yang ditayangkan setiap siang setelah saya pulang sekolah. Serasa vampir-vampirnya bakal keluar dari dalam rumah dan akan mengejar kami yang pada saat itu tidak ada kertas jimat yang harus ditempelkan ke dahinya (Halahhhh! Apasih haha. Efek kebanyakan nonton film waktu kecil).
Setelah berjalan mengitari udara yang
sangat dingin, jalanan yang sunyi dan gelap, akhirnya kami menemukan 1 toko
yang orang-orangnya masih beraktifitas. Teman saya memberanikan diri untuk
bertanya dan Puji Tuhan ibunya ngerti dan menunjukan arah ke hostel tersebut.
Dengan senang hati kami langsung mengucapkan terimakasih dan bergegas menuju
kea rah yang diberikan. Eh penderitaan belum berakhir teman-teman .. Setelah
menuju ke jalan yang diarahkan, sudah hampir sekitar 100 meter berjalan kami
tidak bisa menemukan hostelnya. Miris sekali. Pupus. Entah harus bagaimana. Dijalan tidak ada orang yang bisa kami tanyai, hingga datang 1 malaikat (haha
apasih) cowok, tampangnya lumayan ganteng (Salah fokus), tinggi, dan yang
terpenting bahasa inggrisnya bagus teman-teman yey! Dengan semangat 45nya dia
mengantarkan kami ke penginapan kami yang ternyata arahnya sudah benar seperti
yang kami tuju sebelumnya namun memang agak jauh sekitar 200 meter. Padahal
saya sempat berpikiran dia akan membawa kita ke suatu tempat yang nanti kita
akan disekap dan dipotong-potong (Masih efek film). Finally tiba di hostel, dan
si cowok itu kembali ke rumahnya yang telah kita lewati sebelumnya. Rasanya
pengen nangis pas tiba didalam hostel yang udah ada heaternya dan orang-orang
didalam bisa berbahasa inggris.
Jadi itu merupakan cerita saya saat ke
Beijing. Untuk selanjutnya nanti nyusul yaa. Maunya sekalian disini tapi
kepanjangan, berasa tulis skripsi haha. Sayonara!
4 komentar
Write komentarsaya mah boro" ke beijing. keliling indonesi aja belum tentu kesampean haha.
Replykeren mbak artikelnya. sukses ya
kalo misalnya butuh info tmpt bisa liat diInfo Travelling aja , siapa tau membantu
Makasih Thio.
ReplyHehe sama, aku juga belum sempat keliling Indonesia nih. Sukses ya
Mbak inka tolong dong ceritanya diterusin lagi... Kebetulan saya juga akan ke beijing awal januari 2018. Seru banget baca ceritanya... Siapa tau akan memberikan sedikit pengalaman saya selama disana. Secara saya juga pergi kesana tanpa tour dan modal nekat aja. Wkwkwkwk
ReplyMbak inka tolong dong ceritanya diterusin lagi... Kebetulan saya juga akan ke beijing awal januari 2018. Seru banget baca ceritanya... Siapa tau akan memberikan sedikit pengalaman saya selama disana. Secara saya juga pergi kesana tanpa tour dan modal nekat aja. Wkwkwkwk
Reply